Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 - Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Mochamad Saeffulloh, S.Pd., Gr.

CGP Angkatan 7 Kabupaten Ciamis

 

Assalamu’alaikum wr.wb…

Pada kesempatan ini saya akan membuat koneksi antar materi tentang modul 3.1 yaitu Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Seorang Pemimpin.  

Artikel koneksi antar materi ini berhubungan dengan materi-materi yang saya pelajari selama mengikuti pendidikan guru penggerak. Konsep awal yang akan saya uraikan berhubungan dengan pertanyaan dasar yaitu:

1.  Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara (KHD) dengan filsofi triloka memiliki pengaruh bagaimana seorang guru mengambil suatu keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. 

Semboyan yang pernah dicetuskan oleh KHD adalah Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri Handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya.

Sebagai pendidik yang merupakan pemimpin pembalajaran harus menyadari jika tugas kita adalah menuntun kodrat yang ada dalam diri anak didik kita agar berkembang sesuai dengan kodratnya sehingga murid kita menjadi manusia yang dimanusiakan dan manusia yang bisa memiliki kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

Dengan alasan tersebut maka seorang guru yang dianggap sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menjadi sosok yang bisa mengambil suatu keputusan yang tepat yang berpihak pada murid. 

Dan dalam mengambil suatu keputusan dari suatu permasalahan yang timbul saat menjalankan perannya sebagai penuntun maka seorang guru harus menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 Prinsip pengambilan keputusan dan melakukan 9 langkah dalam pengambilan keputusan, baik dalam  masalah dengan jenis dilema etika atau masalah dengan jenis bujukan moral.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?    

Seorang guru wajib memiliki nilai-nilai kebajikan dalam dirinya. Nilai-nilai kebajikan yang wajib ada dalam diri seorang guru diantaranya adalah nilai keadilan, tanggung jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih sayang, rajin, komitmen, percaya diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. 

Dengan nilai-nilai kebajikan yang ada dalam diri seorang guru ini maka akan berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan dari permasalahan yang timbul dalam kegiatan pendidikan.

Karena nilai-nilai kebajikan yang ada dalam diri guru diibaratkan seperti gunung es yang hanya terlihat kecil dipermukaan air tetapi merupakan bagian yang besar di dalam alam bawah sadar kita. 

Untuk itu penting bagi seorang guru untuk memupuk nilai-nilai kebajikan tersebut agar seorang guru bisa menjiwai sebuah keputusan yang tepat dari permasalhan yang muncul.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Keterampilan Coaching adalah keterampilan dalam menggali kemampuan orang lain dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi coachee. 

Keterampilan coaching yang harus dimiliki diantaranya adalah mampu memberikan pertanyaan yang berbobot, memiliki pembawaan yang positif, kemampuan mendengarkan dan memotovasi, bisa memandu percakapan, berkomitmen untuk terus belajar. 

Dengan keterampilan coaching tersebut maka membantu seorang guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot untuk memprediksi hasil keputusan dan melihat berbagai opsi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik dan siap dengan konsekuensi yang ditimbulkan keputusan tersebut.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari sosial emosionalnya dalam mengambil suatu keputusan karena kondisi sosial emosional guru yang stabil dan baik akan memberi pengaruh pada hasil keputusan yang diambilnya. 

Maka untuk menstabilkan sosial emosional guru dalam megambil suatu keputusan, seorang guru perlu memiliki kompetensi kesadaran diri (self awareness), Pengelolaan diri (self managemen), kesadaran soial (social awareness), dan keterampilan berhubungan sosial (realtionship skills). Dengan kompetensi tersebut maka diharapkan guru akan mampu mengambil suatu keputusan dengan tepat.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pada pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika diperlukan kesadaran diri atau self awareness dan keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil keputusan dan memiliki kesadaran penuh dengan berbagai pilihan yang ada serta konsekuensinya masing-masing. 

Kita dapat menggunakan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan terutama pada uji legalitas untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk bujukan moral yang berarti benar vs salah ataukah dilema etika yang merupakan permasalahan benar vs benar. 

Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan moral maka dengan tegas sebagai seorang guru, kita harus kembali ke nilai-nilai kebenaran. 

Dan jika masalah tersebut dilema etika atau benar VS benar maka, guru perlu melakukan pertimbangan terhadap 4 paradigma pengambilan keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Seorang guru dituntun untuk memapu mengambil keputusan secara tepat dan minim konsekuensi karena Setiap keputusan yang diambil secara tepat, tentu akan memberikan dampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Kondisi tersebut adalah kondisi yang dicita-citakan. 

Maka untuk melakukan perubahan, diperlukan suatu pendekatan yang sistematis. 

Dalam hal ini, kita menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif melalui tahapan BAGJA dengan tujuan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dan berpihak pada anak. Sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi murid.

 

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Sebagaimana diketahui dalam mengambil suatu keputusn perlu melihat 3 prinsip diantaranya Kita harus berfikir hasil akhir dari keputusan kita yang sesuai dengan prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end based thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan (rule based thinking), prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking). 

Dengan berkiblat pada 3 prinsip tadi  maka timbul beberapa tantangan   dilingkungan saya dalam mengambil keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika diantaranya sulitnya melakukan koordinasi dengan orang tua siswa untuk meminta dukungan dan diskusi perbaikan dari setiap keputusan yang diambil. 

Kadang saat kita memutuskan suatu masalah dengan prinsip rasa peduli malah menghilangkan kepercayaan siswa dan sebagian wali murid terhadap peraturan yang dibuat di sekolah.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Tujuan akhir dari pembelajaran yang kita lakukan adalah merdeka belajar. Merdeka belajar berarti siswa bebas untuk mencapai kodrat alamnya (mengembangkan potensinya) tanpa ada tekanan dari pihak manapun. 

Siswa juga dapat mencapai kebahagiaannya sesuai dengan potensi yang dia miiki. Maka keputusan yang kita ambil tidak boleh merampas kebahagiaan siswa dan juga merampas potensi yang dimiliki siswa. 

Dengan kata lain setiap keputusan yang diambil harus berpihak pada murid. Karena seyogianya seorang guru menghamba pada murid.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru merupakan seorang pemimpin pembelajaran yang tugasnya adalah menuntun kodrat dasar dari siswanya. 

Guru diibaratkan sebagai petani dan murid adalah benihnya maka berkembang atau tidaknya seorang murid tergantung dari tindakan yang diberikan guru. 

Untuk itu dalam proses pendidikan yang dijalankan guru maka setiap keputusan yang diberikannya wajib berpihak pada murid dan berfokus untuk perkembangan murid.

Karena setiap keputusan yang diberikan guru sangat berpengaruh dengan kehidupan dan masa depan muridnya.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya adalah

Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.

Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).

Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.

Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkan pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Yang saya pahami dari konsep-konsep modul ini adalah:

Ada 4 paradigma pengambilan keputusan

  • 1)     Individu VS Masyarakat
  • 2)     Kebenaran VS Kesetiaan
  • 3)     Keadilan VS Belas Kasihan
  • 4)     Jangka Pendek VS Jangka Panjang

Ada 3 prinsip mengambil keputusan

  • 1)     Berfikir Berbasis Akhir
  • 2)     Berfikir Berbasi Aturan
  • 3)     Berfikir Berbasi Rasa Peduli

Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan

  • 1)     Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan
  • 2)     Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
  • 3)     Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
  • 4)     Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)
  • 5)     Pengujian paradigma benar atau salah
  • 6)     Prinsip pengambilan keputusan
  • 7)     Investigasi tri lema
  • 8)     Buat keputusan
  • 9)     Meninjau kembali keputusan dan refleksikan

Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya mengambil sesuai pemikiran mita saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Karena selama ini saya berargumen jika pengambilan keputusan cukup dengan mengambil keputusan yang memiliki resiko paling sedikit terhadap institusi dan diri sendiri.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika. Dan pengambilan keputusan yang saya lakukan jauh berbeda dengan konsep yang saya pelajari sekarang ini. 

Karena dalam kasus sebelumnya saya memutuskan suatu kasus selalu memperjuangkan aturan dan sedikit sekali menerapkan prinsip kepedulian dan tidak pernah melakukan uji regulasi dan uji legal dan sebagainya apa lagi melakukan 9 tahapan dalam pengujian hasil keputusan.

13.  Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Konsep yang saya pelajari ini tentunya akan memberikan dampak luar biasa bagi saya dan penerapan dilapangan karena dengan konsep pengambilan keputusan ini maka kemungkinan besar saya tidak akan mengambil keputusan secara sekonyong-konyong tanpa melakukan tahapan pengambilan keputusan yang benar.

Sehingga dengan melakukan tahapan yang tepat akan memberikan resiko kecil terhadap pengambilan keputusan yang saya ambil karena yelah melalui tahapan yang seharusnya. 

Dan setiap keputusan yang akan saya ambil kedepannya akan memihak pada murid. Sehingga akan berdampak bagi kemajuan pendidikan.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi ini sangat penting bagi saya. Karena sesuai dengan yang saya pelajari saya adalah guru yang merupakan pemimpin pembelajaran maka sebagai seorang pemimpin pembelajaran maka saya harus memiliki kecakapan dalam mengambil suatu keputusan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan dan mampu melakukan tahapan-tahapan pengambilan keputusan yang tepat serta melibatkan orang-orang atau pihak-pihak yang berwenang dalam pengambilan keputusan.

Wassalam…

Guru Penggerak!

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan!